Pesan Mertua "OLO MANIN ASO BUEN SIOLONDO"

01.26


Hubungan saya dan suami bukan sekedar hubungan sepasang suami dan istri. Tetapi hubungan kami terkadang seperti teman, tempat diskusi dan tempat curhat. Mungkin karena usia kami tidak terpaut jauh, sehingga ketika sedang ngobrol ini itu. Bahasa kami jadi lebih santai. Meski panggilan “Abah” dan “Mama”, tetap menjadi sebutan saat kami bicara.

Ada kejadian unik sebenarnya. Jika ditilik kronologisnya, lebih banyak saya yang curhat ke suami. Tentang kerjaan, tentang klien-klien saya, dan sesekali saya meminta saran tentang tulisan-tulisan saya. Kadang-kadang ingin bisa sebaliknya, saya yang jadi tempat curhat suami. Tetapi saya tahu, suami adalah tipe tertutup dan tidak mau membebani saya dengan masalahnya. Selain itu suami menyadari, sekali ia cerita saya sudah bisa menduga inti masalahnya dimana. Mungkin karena pekerjaan saya yang selalu mendengarkan curahan hati klien-klien. Sehingga saya bisa lebih peka kalau suami memang merahasiakan sesuatu dari saya tentang masalahnya.

Sampai pada suatu hari, saya sedang menjemur pakaian, dan suami nongkrong sambil merokok. Sesekali saya melihat sorot matanya, hampa. Seperti memikirkan sesuatu yang sangat membebani hidupnya. Jika masalah keuangan, kami selalu terbuka. Jadi saya tahu bukan itu yang ia pikirkan. Masalah studi-nya, itupun suami selalu cerita. Jadi tentu bukan pula tentang kuliahnya. Tapi kali ini berbeda. Saya mencoba mendiamkan saja, sambil sesekali menatap ke arah suami. Tak ingin bertanya kenapa dan hanya menunggu hingga suami berniat memutuskan untuk menceritakan sendiri apa yang dia pikirkan.

Saya hanya berkata

“Kok ngelamun gitu ngerokoknya Bah. Tumben"

Ia pun menjawab,
“Ah… Mama ini, sok tahu. Mentang-mentang mama Psikolog, terus langsung nuduh abah punya masalah”

Saya hanya tersenyum mendengar jawaban suami dan membatin. Suami saya memang tidak mau dianggap tidak mampu menyelesaikan masalahnya, apalagi sama istrinya sendiri.

Saya pun melanjutkan menjemur pakaian, memasak, menyiapkan makan, dan mengurusi buah hati kami. Sampai pada malam hari, saat saya sedang asyik membaca buku. Putri kami sudah tertidur pulas. Tiba-tiba suami mengajukan pertanyaan.

“Ma, menurut Mama. Abah ini orangnya gimana?”

Saya langsung menutup buku dan hanya menjawab dengan pertanyaan yang dapat memancing suami agar mau bercerita.

“Kenapa Bah?”, jawab saya.

Pembicaraan kami pun menjadi panjang lebar, hingga terlontar pernyataan dari suami yang mengatakan
“Kadang-kadang aku merasa gak yakin dengan kemampuanku sendiri”

Mendengar ini, saya tahu ini adalah pernyataan serius dan sangat mengganggu sikap suami saya beberapa hari ini. Kami berdiskusi dan mengumpulkan keping-keping peristiwa dalam memori suami saya. Peristiwa-peristiwa yang membuat ia yakin, peristiwa-peristiwa yang membuat ia tidak yakin. Dengan meruntut semua keping-keping peristiwa itu menjadi satu kesimpulan.

Intinya semua perasaan tidak yakin yang dirasakan suami saya, sedikit banyak karena peristiwa yang terjadi dimasa lalunya, sedikit banyak juga karena kecemasannya tentang hari esok yang belum terjadi.
Hingga saya teringat pesan abah mertua saya sebelum kami hijrah ke Jepang.
OLO MANIN ASO BUEN SIOLONDO, pesan ini berasal dari bahasa Paser, Kalimantan Timur. Kebetulan mertua saya berasal dari sana.
Yang artinya “Hari Esok Harus Lebih Baik Dari Sekarang”. Kalimat “Olo Manin Aso Buen Siolondo” sendiri menjadi kebanggaan warga Paser sekitar awal tahun 2000-an, karena istilah ini dijadikan slogan kabupaten tersebut.

Teringat pesan itu, saya mencoba berdiskusi lagi dengan suami tentang apa yang dirasakannya. Bahwa sesuatu yang wajar jika kita merasa tidak yakin akan hari esok. Tetapi jika ketidakyakinan itu karena peristiwa di masa lalu, seperti yang dirasakan suami saya. Inilah yang harus diluruskan, agar tidak menjadi bayang-bayang kehidupan kita sekarang dan akan datang.

Mendengar saya mengucapkan kalimat yang asal muasalnya dari orang tuanya. Raut wajah suami tampak berbeda. Matanya menerawang ke langit-langit sambil merebahkan kepala beralaskan kedua tangan. Hening.

Saya pun bersiap-siap untuk beristirahat, tak lama kemudian suami berucap

“Makasih yah Ma, Abah sudah tahu sekarang harus ngapain”

Mendengar pernyataan ini, istri mana yang tidak lega dan tenang melihat suaminya bisa kembali yakin pada dirinya sendiri.
Sebelum tidur gantian saya yang berucap pada suami "OLO MANIN ASO BUEN SIOLONDO  Bah. Saya dan anak-anak yakin, hidup kita esok hari akan lebih baik dari hari ini. Karena Abah-lah kepala rumah tangga dan imam kami"
(Seperti saya yakin hidup saya akan lebih baik ketika saya memutuskan menikah denganmu)




You Might Also Like

10 komentar

  1. Senangnya baca cerita ini, seperti baca cerpen, tapi ini benar kisah nyata hehe
    Ah, aku pun jadi ingin tanya: Nie, aku ini orangnya bagaimana? hihi
    Kapan-kapan, aku boleh curhat juga, kan, Nie? :)

    BalasHapus
  2. Cita-citaku, hari esok harus lebih baik dari hari sekarang

    BalasHapus
    Balasan
    1. cita-cita yang penuh semangat mas, semoga terwujud apapun itu. aamiin

      Hapus
  3. Nabi juga berkata begitu kan, Kak? barang siapa yg hari ini tak berubah seperti hari kemaren, maka dia orang merugi. kalo lebih buruk, maka dia celaka. ')

    Buen penurui, buen lou penguat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. betuuuuulll.... yuk sama-sama berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi.

      Hapus
  4. bener banget, harus selalu optimis menyongsong masa depan ya, mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banegt mba Uniek. Tidak boleh menyerah dan putus asa. Selalu ada harapan menjadi lebih baik.

      Hapus
  5. Waah subhanallah.. senangnya bs nemu blognya mba... nnti lain waktu aku bole minta saran dan nasehatnya ya mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mba, akhirnya bisa ketemu saya lewat dunia maya. Semoga suatu hari bisa bertemu tatap muka. Monggo mba, silahkan via email kalau mau ngobrol-ngobrol cantik dengan saya. Maaf ini baru kebales komentarnya. :-)

      Hapus

Quote

Quote

Quote

Quote

Follower